LAPORAN
KARYA TULUS KUNJUNGAN INDUSTRI DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG Dan PP-IPTEK
Diajukan untuk
melengkapi tugas-tugas dan untuk memenuhi persyaratan mengikuti
Ujian Nasional dan
Ujian Sekolah (UN/US)
Pada SMP PGRI 02 PARUNG
Periode 03 Januari
s.d 28 Febuari 2013
LOGO
Di Susun Oleh :
NAMA KELAS
M.nuriman xxx
Qhilay xxx
Black Rose xxx
SMPN NOER IMAN JAYA
Jl.H. Sejahtera Ciseeng - Bogor
KECAMATAN
CISEENG KABUPATEN BOGOR
TAHUN
AJARAN 2012 - 2013
Laporan Karya Tulis
(Museum Geologi Bandung)
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan karya wisata ini di setujui
dan disyahkan pada:
Hari :
Sabtu
Tanggal : 25 Mei 2013
Tempat : SMPN NOER IMAN JAYA
Yang mengesyahkan
Pembimbing Wali
kelas
(Qhilay, Spd) (Black Rose, Spd.)
Mengetahui / menyetujui :
Kepala sekolah
SMP PGRI 02 parung
(Noer iman, S Com.)
o Kegagalan,
bukan berarti Anda tidak mampu . . .
Itu berarti Anda belum berhasil.
o Kegagalan,
tidak berarti Anda dipermalukan . . .
Itu berarti Anda telah berbuat untuk mencoba.
o Kegagalan,
tidak berarti Anda kehilangan . . .
Itu berarti Anda dapat pegalaman.
o Kegagalan,
Tidak berarti Tuhan mengabaikan Anda . . .
Itu berarti Tuhan mempunyai gagasan lain.
Positif thingking always.
Kata
Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulilah,
piji sytukur kepada tuhan yang mahakuasa, yang telah memberikan nikmat
kehidupan serta membuat hidup terasa lebih nikmat sehingga kami dapat kunjun
dan kami serta menyusun laporan Praktik kerja industry ( PRAKERIN) dengan baik.
Penyusunan
laporan ini Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini adalah salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Akhir Nasional (UAN) dan laporan
ini sebagai bukti bahwa kami telah
melaksanakan dan menyelesaikan Praktik Kerja Industri pada Toko Al-Banna
computer.
Dengan
ini kami berterimakasih kepada kepala intansi yang selama kurang lebih 2 bulan
ini telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktik Kerja
Industri (PRKERIN)
Laporan
ini dapat tersusun berkat adanya bimbingan dari bebrapa pihak, oleh karna itu
kami mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1.
. Bapak Noer iman, S ComSelaku kepala SMP
PGRI 02 Parung.
2.
Bapak Qhilay, Spd. Selaku guru
pembimbing yang telah begitu sabar dalam membimbing kami dalam penyelesaian
laporan ini.
3. Bapak
Black Rose, Spd. Selaku wali kelas
VIII yang telah memberikan motivasi kepada kami.
4.
Orang tua kami, yang telah membantu
memberikan do’a dan dorongan maupun yang bersifat moral maupun materil.
5.
Bapak dan Ibu Guru yang telah
memberikan support kepada kami dalam penyelesaian laporan ini.
6.
Semua teman – teman yang tidak di
sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan saran dan sharing kepada
kami.
Dan juga pihak – pihak lain yang
telah membantu kimi dalam penyelesaian laporan ini, kami ucapkan banyak terima
asih dan tidak lipadalam penyelesaian laporan ini kami menyadari masi banyak
kekurangan baik dalam susunan maupun tata bahasanya, untuk ituk kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehungga dalam penyusunan
lapuran yang akan dating akan lebih baik lagi dan lebih bias di sempurnakan
lagi.
Daftar
isi Hal
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ 2
Moto........................................................................................................... 3
KATA
PENGANTER....................................................................................... 4
DAFTAR
ISI................................................................................................. 5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah......................................................................... 1
1.3 Perumusan Masalah.......................................................................... 1
1.4 Tujuan
Penulisan.............................................................................. 1
1.5 MetodePenelitian.............................................................................. 2
1.6 Sistematika
penulisan....................................................................... 2
BAB II
2.1
SEJARAH SINGKAT MUSEUM GEOLOGI BANDUNG........................................................... 3
2.2 Masa Penjajahan Belanda.............................................................................................. 3
2.3 Masa
Penjajahan Jepang................................................................................................ 4
2.4
Masa Kemerdekaan....................................................................................................... 4
2.5
Pembagian Ruangan...................................................................................................... 6
2.5.1 Lantai I............................................................................................................... 6
2.5.2 Lantai
II............................................................................................................ 7
BAB III
3.1 MUSEUM
PUSPA IPTEK.................................................................................................. 9
3.2 Sejarah........................................................................................................................ 10
3.3 PEMBAHASAN MUSEUM PUSPA IPTEK
BANDUNG............................................................ 11
a. Sepeda Gantung....................................................................................................... 11
b. Bayangan Bola......................................................................................................... 11
c. Jam Matahari Kuno................................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan................................................................................................................... 12
b.
Saran........................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Museum
Geologi merupakan salah satu objek wisata yang cocok sekali untuk di
jadikan study pengamatan, karena museum
geologimemiliki sejarah penyelidikan geologi di Indonesia yang tepat bagi siswa
siswi untuk di pelajari oleh siswa/I SMP
PGRI 02 Parung, khususnya dan bagi siswa/I
umum lainnya, Penulis memilih karya tulis ini karena merupakan objek
yang bagus dan berdasarkan hasil observasi dan penelitian pada studi tour 2006.
Karya tulis ini dibuat berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
a.
Mempelajari dan memperdalam ilmu pengetahuan khususnya
b.
Penyelidikan, mengamati dan diamati sutu objek
c.
Penulisan dan keuletan dalam pembuatan karya tulis, serta untuk menganalisa dan
menarik
kesimpulan.
1.2
Pembatasan Masalah
Untuk
dapat lebih mengarah dan menempuh tujuan dalam penelitian ini, maka diperlukan
beberapa pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah karya tulis ini adalah :
1. Pengertian Museum Geologi dan sejarah
permukaan bumi serta kehidupan masa lampau
2. Ciri-ciri atmosfer dan manfaatnya
3. Bentuk muka bumi
4. Bentuk-bentuk batuan pada proses permukaan
bumi
5. Jenis-jenis hasil peninggalan zaman sejarah
(masa lampau)
1.3Perumusan
Masalah
Agar
untuk memudahkan pembahasan penulis membagi permasalahan dan bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
1. Pada tanggal berapa Museum Geologi berdiri
dan diresmikan ?
2. Sebutkan macam-macam perkembangan muka bumi
hingga sampai sekarang !
3. Lapisan-lapisan apa yang meliputi atmosfer ?
4. Jenis-jenis fosil apa sajakah yang terdapat
di Museum Geologi Bandung ?
5. Bentuk benda-benda apa yang digunakan oleh
manusia pada masa lalau ?
1.4 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian dalam
perumusan karya tulis ini adalah :
1. Sebagai salah satu tugas lintas mata mata pelajaran untuk sebagai nilai
tambahan.
2. Untuk dapat lebih memahami dan mendalami tentang analisis dari Museum
Geologi
3. Untuk menambah wawasan tentang kaidah yang terdapat di Museum Geologi.
1.5
MetodePenelitian
dalam penyusunan lsporan karia
wisata ini kami menumpulkan data dengan cara metode – metodesebagai berikut:
1.5.1Metode
observasi
Metide ini adalah suatu metode yang di
lakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung ke kelokasi tujuan yang akan
di tulis atau suatu objek yanga akan di teliti dan di amati.
5.1.2Metode
Library Research
Metode
ini adalah metode yang di lakukan dengan caramembaca dan mencari bahan – bahan
sebagai penunjang dari lapran karya wisata ini.
1.5 Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Pembatasan Masalah
1.3Perumusan Masalah
1.4
Tujuan Penulisan
1.5
Metode Penelitian
BABII
2.1 SEJARAH
SINGKAT MUSEUM GEOLOGI BANDUNG
2.2 Masa Penjajahan
Belanda
2.3 Masa Penjajahan Jepang
2.4 Masa
Kemerdekaan
2.5 Pembagian Ruangan
2.5.1 Lantai I
2.5.2 Lantai
II
BAB
III
3.1
MUSEUM PUSPA IPTEK
3.2 Sejarah
3.3 PEMBAHASAN MUSEUM PUSPA IPTEK BANDUNG
A. Sepeda Gantung
B. Bayangan Bola
C. Jam Matahari Kuno
BAB
II
2.1 SEJARAH SINGKAT MUSEUM GEOLOGI BANDUNG
Museum Geologi didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah
direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan International Cooperation Agency).
Setelah mengalami renovasi, Museum Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh
Wakil Presiden RI, Megawati Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000. Sebagai salah satu
monumen bersejarah, museum berada di bawah perlindungan pemerintah dan
merupakan peninggalan nasional. Dalam Museum ini, tersimpan dan dikelola
materi-materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral.
Kesemuanya itu dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.
2.2 Masa Penjajahan
Belanda
Masa Penjajahan Belanda Keberadaan
Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang
di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17 oleh para ahli
Eropa. Setelah Eropa mengalami revolusi industri pada pertengahan abad ke-18,
Eropa sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri. Pemerintah
Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di wilayah Nusantara.
Melalui hal ini, diharapkan perkembangan industri di Negeri Belanda dapat
ditunjang. Maka, pada tahun 1850, dibentuklah Dienst van het Mijnwezen.
Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw pada tahun 1922,
yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumberdaya mineral.
v Hasil penyelidikan yang berupa
contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan dan peta memerlukan tempat untuk
penganalisaan dan penyimpanan,sehingga pada tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw
membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya
bernama Geologisch Laboratorium yang kemudian juga
disebut Geologisch Museum.
v Gedung Geologisch
Laboratorium dirancang dengan gaya Art Deco oleh arsitek Ir. Menalda
van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja serta
menghabiskan dana sebesar 400 Gulden. Pembangunannya dimulai pada pertengahan
tahun 1928 dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929.
v Peresmian tersebut bertepatan dengan
penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific
Science Congress) yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 Mei
1929.
2.3 Masa Penjajahan
Jepang
Sebagai
akibat dari kekalahan pasukan Belanda dari pasukan Jepang pada perang dunia II,
keberadaan Dienst van den Mijnbouw berakhir. Letjen. H. Ter Poorten (Panglima
Tentara Sekutu di Hindia Belanda) atas nama Pemerintah Kolonial Belanda
menyerahkan kekuasaan teritorial Indonesia kepada Letjen. H. Imamura (Panglima
Tentara Jepang) pada tahun 1942. Penyerahan itu dilakukan di Kalijati, Subang. Dengan
masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Gedung Geologisch Laboratorium berpindah
kepengurusannya dan diberi nama KOGYO ZIMUSHO. Setahun kemudian, berganti nama
menjadi CHISHITSU CHOSACHO.
Selama
masa pendudukan Jepang, pasukan Jepang mendidik dan melatih para pemuda
Indonesia untuk menjadi: PETA (Pembela Tanah Air) dan HEIHO (pasukan pembantu
bala tentara Jepang pada Perang Dunia II). Laporan hasil kegiatan pada masa itu
tidak banyak yang ditemukan, karena banyak dokumen (termasuk laporan hasil
penyelidikan) yang dibumihanguskan tatkala pasukan Jepang mengalami kekalahan
di mana-mana pada awal tahun 1945.
2.4 Masa
Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka pada tahun
1945, pengelolaan Museum Geologi berada dibawah Pusat Djawatan Tambang dan
Geologi (PDTG/1945-1950). Pada tanggal 19 September 1945, pasukan sekutu
pimpinan Amerika Serikat dan Inggris yang diboncengi oleh Netherlands Indiës
Civil Administration (NICA) tiba di Indonesia. Mereka mendarat di Tanjungpriuk,
Jakarta. Di Bandung, mereka berusaha menguasai kembali kantor PDTG yang sudah
dikuasai oleh para pemerintah Indonesia. Tekanan yang dilancarkan oleh pasukan
Belanda memaksa kantor PDTG dipindahkan ke Jl. Braga No. 3 dan No. 8, Bandung,
pada tanggal 12 Desember 1945. Kepindahan kantor PDTG rupanya terdorong pula
oleh gugurnya seorang pengemudi bernama Sakiman dalam rangka berjuang
mempertahankan kantor PDTG. Pada waktu itu, Tentara Republik Indonesia Divisi
III Siliwangi mendirikan Bagian Tambang, yang tenaganya diambil dari PDTG.
Setelah kantor di Rembrandt Straat ditinggalkan oleh pegawai PDTG, pasukan
Belanda mendirikan lagi kantor yang bernama Geologische Dienst ditempat yang
sama.
Di mana-mana terjadi pertempuran.
Maka, sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949, yaitu selama 4 tahun
berturut-turut, kantor PDTG terlunta-lunta berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lainnya.
Pemerintah Indonesia berusaha
menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal ini menyebabkan
dokumen-dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung, ke Tasikmalaya,
Solo, Magelang, Yogyakarta, dan baru kemudian, pada tahun 1950 dokumen-dokumen
tersebut dapat dikembalikan ke Bandung.
Dalam usaha penyelamatan
dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang
dan Geologi, Arie Frederic Lasut, telah diculik dan dibunuh tentara Belanda. Ia
telah gugur sebagai kusuma bangsa di Desa Pakem, Yogyakarta.
Sekembalinya ke Bandung, Museum
Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI. Hal ini terbukti pada
tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno.
Pengelolaan Museum Geologi yang
semula berada dibawah PUSAT DJAWATAN TAMBANG DAN GEOLOGI (PDTG), berganti nama
menjadi: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi
(1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963),
Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978
- 2005), Pusat Survei Geologi (sejak akhir tahun 2005 hingga sekarang)
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat
bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta Yen untuk direnovasi. Setelah
ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada tanggal 20
Agustus 2000. Pembukaannya diresmikan oleh Wakil Presiden RI pada waktu itu,
Ibu Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
Dengan penataan yang baru ini
peragaan Museum Geologi terbagi menjadi 3 ruangan yang meliputi Sejarah
Kehidupan, Geologi Indonesia, serta Geologi dan Kehidupan Manusia. Sedangkan
untuk koleksi dokumentasi, tersedia sarana penyimpan koleksi yang lebih
memadai. Diharapkan pengelolaan contoh koleksi di Museum Geologi akan dapat
lebih mudah diakses oleh pengguna baik peneliti maupun grup industri.
Sejak tahun 2002 Museum Geologi yang
statusnya merupakan Seksi Museum Geologi, telah dinaikkan menjadi UPT Museum
Geologi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik, dibentuklah 2 seksi
dan 1 SubBag yaitu Seksi Peragaan, Seksi Dokumentasi, dan SubBag Tatausaha.
Guna lebih mengoptimalkan perananya sebagai lembaga yang memasyarakatkan ilmu
geologi, Museum Geologi juga mengadakan kegiatan antara lain penyuluhan,
pameran, seminar serta kegiatan survei penelitian untuk pengembangan peragaan
dan dokumentasi koleksi.
Pergeseran fungsi museum, seirama
dengan kemajuan teknologi, menjadikan museum geologi sebagai :
v Tempat pendidikan luar sekolah yang
berkaitan dengan bumi dan usaha pelestariannya.
v Tempat orang melakukan kajian awal
sebelum penelitian lapangan. Dimana Museum Geologi sebagai pusat informasi ilmu
kebumian yang menggambarkan keadaan geologi bumi Indonesia dalam bentuk
kumpulan peraga.
2.5 Pembagian Ruangan
Museum Geologi terbagi menjadi beberapa ruang pamer yang
menempati lantai I dan II. Berikut ini merupakan ruangan-ruangan yang berada di
kedua lantai Museum Geologi serta fungsi dan isi dari ruangan tersebut.
2.5.1 Lantai I
Terbagi menjadi 3 ruang utama :
Ruang orientasi di bagian tengah, Ruang Sayap Barat dan Ruang Sayap Timur.
Ruang Orientasi berisi peta geografi Indonesia dalam bentuk relief layar lebar
yang menayangkan kegiatan geologi dan museum dalam bentuk animasi, bilik
pelayanan informasi museum serta bilik pelayanan pendidikan dan penelitian.
Sementara, Ruang Sayap Barat, dikenal sebagai Ruang Geologi Indonesia, yang
terdiri dari beberapa bilik yang menyajikan informasi tentang :
·
Hipotesis
terjadinya bumi di dalam sistem tata surya.
·
Tatanan
tektonik regional yang membentuk geologi Indonesia; diujudkan dalam bentuk
maket model gerakan lempeng-lempeng kulit bumi aktif
·
Keadaan
geologi sumatera,Jawa, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara serta Irian Jaya
·
Fosil
fosil serta sejarah manusia menurut evolusi Darwin juga terdapat di sini
Selain maket dan panel-panel
informasi, masing-masing bilik di ruangan ini juga memamerkan beragam jenis
batuan (beku, sedimen, malihan) dan sumber daya mineral yang ada di setiap
daerah. Dunia batuan dan mineral menempati bilik di sebelah baratnya, yang
memamerkan beragam jenis batuan, mineral dan susunan kristalografi dalam bentuk
panel dan peraga asli. Masih di dalam ruangan yang sama, dipamerkan kegiatan
penelitian geologi Indonesia termasuk jenis-jenis peralatan/perlengkapan
lapangan, sarana pemetaan dan penelitian serta hasil akhir kegiatan seperti
peta (geolologi, geofisika, gunung api, geomorfologi, seismotektonik dan
segalanya) dan publikasi-publikasi sebagai sarana pemasyarakan data dan informasi
geologi Indonesia. Ujung ruang sayap barat adalah ruang kegunung apian, yang
mempertunjukkan keadaan beberapa gunungapi aktif di Indonesia seperti :
Tangkuban Perahu, Krakatau, Galunggung, Merapi dan Batu. Selain panel-panel
informasi ruangan ini dilengkapi dengan maket kompleks Gunungapi
Bromo-Kelut-Semeru. Beberapa contoh batuan hasil kegiatan gunung api tertata
dalam lemari kaca.
Ruang Sayap Timur Ruangan yang
mengambarkan sejarah pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, dari primitif
hingga modern, yang mendiami planet bumi ini dikenal sebagai ruang sejarah
kehidupan. Panel-panel gambar yang menghiasi dinding ruangan diawali dengan
informasi tentang keadaan bumi yang terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu,
dimana makhluk hidup yang paling primitif pun belum ditemukan. Beberapa miliar
tahun sesudahnya, disaat bumi sudah mulai tenang, lingkungannya mendukung
perkembangan beberapa jenis tumbuhan bersel-tunggal, yang keberadaan terekam
dalam bentuk fosil Reptilia bertulang-belakang berukuran besar yang hidup
menguasai Masa Mesozoikum Tengah hingga Akhir (210-65 juta tahun lalu)
diperagakan dalam bentuk replika fosil Tyrannosaurus Rex Osborn (Jenis kadal
buas pemakan daging) yang panjangnya mencapai 19 m, tinggi 6,5 m dan berat 8
ton. Kehidupan awal di bumi yang dimulai sekitar 3 miliar tahun lalu
selanjutnya berkembang dan berevolusi hingga sekarang. Jejak evolusi mamalia
yang hidup pada zaman Tersier (6,5-1,7 juta tahun lalu) dan
Kuarter (1,7 juta tahun lalu hingga sekarang) di Indonesia terekam baik melalui
fosil-fosil binatang menyusui (gajah, badak, kerbau, kuda nil) dan hominid yang
ditemukan pada lapisan tanah di beberapa tempat khususnya di Pulau Jawa.
Kumpulan fosil tengkorak
manusia-purba yang ditemukan di Indonesia (Homo erectus P. VIII) dan di
beberapa tempat lainnya di dunia terkoleksi dalam bentuk replikanya. Begitu
pula dengan artefak yang dipergunkan, yang mencirikan perkembangan
kebudayaan-purba dari waktu ke waktu. Penampang stratigrafi sedimen Kuarter
daerah Sangiran (Solo, Jawa Tengah), Trinil dan Mojokerto (Jawa Timur) yang
sangat berarti dalam pengungkap sejarah dan evolusi manusia-purba diperagakan
dalam bentuk panel dan maket.
Sejarah pembentukan Danau Bandung
yang melegenda itu ditampilkan dalam bentuk panel di ujung ruangan. Fosil ular
dan ikan yang ditemukan pada lapisan tanah bekas Danau Bandung serta artefak
diperagakan dalam bentuk aslinya. Artefak yang terkumpul dari beberapa tempat
di pinggiran Danau Bandung menunjukkan bahwa sekitar 6000 tahun lalu danau
tersebut pernah dihuni oleh manusia prasejarah. Informasi lengkap tentang fosil
dan sisa-sisa kehidupan masa lalu ditempatkan pada bilik tersendiri di Ruang
Sejarah Kehidupan. Informasi yang disampaikan diantaranya adalah proses
pembentukan fosil, termasuk batubara dan minyak bumi, selain keadaan
lingkungan-purba.
2.5.2 Lantai II
Terbagi menjadi 3 ruangan utama:
ruang barat, ruang tengah dan ruang timur
Ruang barat (dipakai oleh staf
museum)
Sementara ruang tengah dan ruang
timur di lantai II yang digunakan untuk peragaan dikenal sebagai ruang geologi
untuk kehidupan manusia.
Ruang Tengah Berisi maket
pertambangan emas terbesar di dunia, yang terletak di Pegunungan Tengan Irian
Jaya. Tambang terbuka Gransberg yang mempunyai cadangan sekitar 1,186 miliar
ton; dengan kandungan tembaga 1,02%, emas 1,19 gram/ton dan perak 3 gram/ton.
Gabungan beberapa tambang terbuka dan tambang bawahtanah aktif di sekitarnya
memberikan cadangan bijih sebanyak 2,5 miliar ton. Bekas Tambang Ertsberg
(Gunung Bijih) di sebelah tenggara Grasberg yang ditutup pada tahun 1988
merupakan situs geologi dan tambang yang dapat dimanfaatkan serta dikembangkan
menjadi objek geowisata yang menarik. Beberapa contoh batuan asal Irian Jaya
(Papua) tertata dan terpamer dalam lemari kaca di sekitar maket. Miniatur
menara pemboran minyak dan gas bumi juga diperagakan di sini.
Ruang Timur Terbagi menjadi 7
ruangan kecil, yang kesemuanya memberikan informasi tentang aspek positif dan
negatif tataan geologi bagi kehidupan manusia, khususnya di Indonesia.
·
Ruang
1 menyajikan informasi tentang manfaat dan kegunaan mineral atau batu bagi
manusia, serta panel gambar sebaran sumberdaya mineral di Indonesia.
·
Ruang
2 menampilkan rekaman kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya mineral
·
Ruang
3 berisi informasi tentang pemakaian mineral dalam kehidupan sehari-hari, baik
secara tradisional maupun modern.
·
Ruang
4 menunjukkan cara pengolahan dan pengelolaan komoditi mineral dan energi
·
Ruang
5 memaparkan informasi tentang berbagai jenis bahaya geologi (aspek negatif)
seperti tanah longksor, letusan gunung api dan sebagainya.
·
Ruang
6 menyajikan informasi tentang aspek positif geologi terutama berkaitan dengan
gejala kegunungapian.
·
Ruang
7 menjelaskan tentang sumberdaya air dan pemanfaatannya, juga pengaruh
lingkungan terhadap kelestarian sumberdaya tersebut.
BAB III
3.1 MUSEUM PUSPA IPTEK
Puspa ( Pusat Peragaan ) IPTEK Padalarang adalah sebuah lembaga yang pernah
mendapat 2 piagam MURI ( Museum Rekor Indonesia ) pada tahun 2002 yaitu Jam
Matahari terbesar di Indonesia serta Jam Matahari Vertikal dan Horizontal
Terintegrasi yang pertama. Kemudian orang mengenalnya sebagai Museum Sundial.
Sundial ( Jam Matahari ) adalah seperangkat alat yang digunakan sebagai
petunjuk waktu semu lokal ( local apparent time ) dengan memanfaatkan matahari
yang menghasilkan bayang bayang sebuah gnomon ( batang atau lempengan yang bayang-bayangnya
digunakan sebagai petunjuk waktu ). Gnomon tersebut dipasang sedemikian rupa
sehingga sejajar dengan sumbu bumi, menunjuk ke arah kutub-kutub langit. Pada
saat sundial terkena sinar matahari, bayang-bayang gnomon jatuh diatas sebuah
bidang bertanda ( bidang dial ). Waktu semu lokal dapat diketahui dengan
membaca dibagian jatuhnya bayang-bayang gnomon tersebut pada bidang dial.
Pada tahun 1728,
Jantar Mantar, seorang astronom menemukan jam matahari kuno dengan tinggi
gnomon sekitar 30 m di kota Jaipur India.Sampai saat ini jam matahari di Jaipur
terkenal sebagi jam matahari horizontal terbesar. Sebagai piranti penunjuk
waktu, sundial terdiri dari beberapa jenis, yaitu sundial horisontal, vertikal,
ekuatorial dan meridian. Masing-masing sundial memiliki aturan tersendiri dalam
pembuatannya.
Sundial Kota Baru Parahyangan
adalah jenis sundial pertama di Indonesia yang berfungsi sebagai sundial jenis
horizontal dan vertikal terpadu, juga sebagai sundial terbesar di Indonesia
(Sertifikat Museum Rekor Indonesia: Mei 2002). Dengan Lokasi Proyek yang
terletak pada lintang 6o51 LS dan bujur 107 o19BT, maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam design Sundial ini, antara lain :
1.
Sundial Vertikal
1. Penentuan
Kemiringan Bidang Dial
2. Penentuan
posisi dan panjang Gnomon
3. Penentuan
Garis Jam (hour lines) dibidang dial
2.
Sundial Horisontal
1. Penentuan
posisi dan ketinggian gnomon disesuaikan dengan ukuran bidang dial yang ada.
2. Penentuan
garis jam (hour lines) di bidang dial.
3. Penentuan
garis Zodiak di bidang dial.
Disamping Jam
Matahari, banyak alat peraga yang dipamerkan di Puspa IPTEK yang berkaitan
dengan Ilmu fisika, kimia dan matematika, sehingga kita mudah
memahami ilmu pengetahuan alam ( sains ).
Gedung Puspa IPTEK
ini dibangun dilahan seluas 7850 m2, dengan luas bangunan 2..000 m2 , bidang refleksi horizontal 278 m2 dan vertikal 60 meter. Di bawah jarum
jam ini terdapat pula ruangan yang di dalamnya terdapat replika bumi dengan
diameter dua meter dan berat mencapai 12 ton yang dihiasi 12 ragam hias dari
berbagai pelosok Indonesia. Untuk pembangunan gedung tersebut, pihak pengembang
dan pemerintah telah menghabiskan dana sekitar Rp 3,5 miliar.
Tempat ini telah
dibuka untuk umum pada hari Sabtu dan Minggu, pukul 10.00 - 16.00 WIB, sedangkan hari Senin-Jum’at untuk
lembaga pendidikan.
3.2 Sejarah
Tidak ada yang mengetahui kapan jam matahari pertama dibuat. Namun berdasarkancatatan sejarah, tahun 1728 seorang astronom asal Jaipur, India, Jantar
Mantar, menemukan jam matahari kuno di kota tersebut. Sebelum jam modern
diciptakan, orang menemukan waktu dengan menandai bayangan sesuatu benda atau
lubang jendela pada dinding dimana bayangan itu jatuh, baik bayangan matahari
maupun bulan purnama. Dengan cara itu akhirnya ditemukan pola pergerakan
matahari yang kita kenal sekarang sebagai jam matahari. Sampai sekarang jam
matahari di Jaipur terkenal sebagai kam matahari horisontal terbesar.
Teknologi Jam Matahari ini, berkembang diantara kebudayaan kuno Babylonia,
Yunani, Mesir dan Romawi.masing-masing memiliki bentuk sendiri-sendiri, bergantung dari perkembangan pengertahuan astronomi dan matematika mereka.
Hal ini menunjukan perbedaan periode sejarah yang saling mempengaruhi. Jam
matahari juga berkembang di Timur jauh seperti Cina dan Jepang, tetapi tidak
banyak diketahui oleh sejarah.
Jam Matahari tertua yang pernah ditemukan, kebanyakan berasal dari Yunani, berupa
sebuah bentukan sirkular dengan penanda ditengah yang ditemukan oleh Chaldean
Berosis, yang hidup sekitar 340 SM. Beberapa artefak Jam Matahri ditemukan, di Tivoli Italy tahun 1746, di
Castel Nuovo tahun 1751, di Rigano tahun 1751, dan di Pompeii tahun 1762.
Sampai saat ini Jam Matahari masih dipakai orang lebih sebagai ornamen yang
memberikan aksentuasi tentang keantikan dan keilmuan yang terus terpelihara
mengenai bagaimana orang mengidentifikasikan waktu mereka, yang bahkan terus
terabadikan dalam sejarah kebudayaan manusia modern. Jam Matahari kemudian
banyak dibangun dan digunakan sebagai landmark atau elemen penanda taman
kampus-kampus ternama seperti Cambridge tahun 1642, yang terus dikembangkan
sampai sekarang, bahkan Fisikawan Sir Isaac Newton (1641-1772) turut terlibat
dalam pembuatannya. Jam Matahari pada umumnya terbatas penggunaannya, dan lebih
banyak mengaduk akademik dibanding fungsinya. Akan tetapi studi tentang Jam
Matahari (gnomonics) ini merupakan dasar pemahaman tentang astronomi. ada pula
sejarah yang mengatakan bahwa Jam Matahari pertama berasal dari Mesir, kurang
lebih 1500 tahun SM. Kemudian teknologi ini berkembang di antara kebudayaan
kuno Babilonia, Yunani dan Romawi. Masing-masing mempiliki bentuk sendiri,
bergantung dari perkembangan pengetahuan astronomi dan matematika mereka. Hal
ini menunjukan perbedaan periode sejarah yang saling mempengaruhi. Sundial juga
berkembang di timur jauh seperti Cina dan Jepang.
Selain Jam Matahari yang menjadi daya tarik utama Puspa Iptek Bandung, ada
pula alat-alat peraga sains lain yang membantu pengunjung memahami secara nyata
ilmu dan teknologi. Seperti sepeda gantung yang ada diruang utama, tepat di
atas museum virtual Try Science. Sepeda yang diletakkan di atas tali ini
membuktikan massa dibawah cukup besar maka pusat massa selalu berada di bawah
tali, sehingga sistem sepeda diharuskan selalu tegak sehingga bisa stabil.
Ada juga alat Mulri Katrol, dimana semkin banyak jumlah tali dan sistem katrol
maka semakin banyak gaya angkat yang direduksi. Tidak ketinggalan alat peraga
mesin uap James Watt yang memperlihatkan bagaimana uap air bisa menggerakkan
piston yang akhirnya menggerakan roda.
Puspa IPTEK Kota Baru
Parahyangan Bandung, dibangun sebagai wujud nyata sumbangsih putra-putri
Indonesia dalam rangka membangkitkan dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di
Indonesia. Bangunan ini diresmikan tahun 2005 oleh Menristek saat itu, dan
merupakan pusat peraga keempat di Indonesia setelah Jakarta dan Universitas
Muhammadiyah Malang dan Jawa Timur Park.
Selain mengantongi sertifikat Museum Rekor Indonesia ( MURI) dengan Sundial
terintegrasi terbesar yang ada di Indonesia di Puspa IPTEK juga kita bisa lihat
berbagai alat peraga ilmu Pengetahuan. Kita
bisa datang dan mempraktikannya langsung sendiri atau dengan panduan
instruktur. Kita bisa membuktikan berbagai teori sains yang dipelajari di
bangku sekolah dengan alat peraga yang tersedia disana.
3.3 PEMBAHASAN MUSEUM PUSPA IPTEK BANDUNG
Hasil Observasi
A. Sepeda Gantung
Seperti seorang
pemain sirkus kita bias menaiki sebuah sepeda yang berjalan di atas seutas tali
dengan tidak jatuh. Mau tahu rahasianya? Ada bandul besi dengan berat tertentu
yang dipasang dibawah sepeda yang membuat terjadinya keseim bangan sepeda dan
pengendaranya, sehingga sepeda dapat dikayuh diatas tali tanpa khawatir jatuh.
Pada kedua sumbu
roda digantungkan suatu pemberat, sehingga beban sepeda itu berada di bawah
tali. Di sini, antara nyali dan pengetahuan yang kita miliki akan saling uji. Dengan
prinsip-prinsip fisika, sepeda itu sudah dipastikan tidak akan jatuh. “Karena
massa di bawah sepeda, pusat massa akan selalu berada di bawah tali, sehingga
sepeda akan selalu tegak dan stabil “. Persoalannya tinggal, berani atau tidak
Anda mengendarai sepeda itu menyusuri seutas tali sejauh enam meter di
ketinggian sekitar enam meter pula.
B. Bayangan Bola
Permukaan
cermin-cermin bola berperilaku seperti cermin-cermin dalam sebuah kaleido
scope.
Tiap bola memantulkan bola-bola di sebelahnya bersama dengan pemantulannya
atau samalain untuk menunjukan bayang dunia yang unik. Cermin cembung memantulkan
cahaya
dengan cara membuat bayangan le - bih kecil daripada ukuran benda sebenarnya.
Dengan
memantulkan sebuah bayangan berulang.
C. Jam Matahari Kuno
Jam Matahari yang berada di Pusat Peragaan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PuspaIPTEK )
Bandung kini bisa dilongok melalui museum virtual yang tersebar di seantero
dunia. Ini berkat langkah IBM Indonesia mendirikan kios Try Science Around The
World. Tapi Jam Matahari dan peraga IPTEK lainnya tidak kalah andal. Kios mungil
yang terdiri atas satu unit komputer itu berdiri di satu sudut ruangan.
Warnanya ceria. Di atasnya bertuliskan Try Science Around The World. Dibanding
dengan seluruh isi ruangan PuspaIPTEK, itulah satu-satunya perangkat
berteknologi tinggi yang dilengkapi dengan komputer. Kios Try Science yang
merupakan museum virtual ini merupakan yang keduakali dibangun oleh IBM Indonesia
setelah yang pertama diresmikan di Pusat Peragaan Iptek Taman Mini Indonesia
Indah (PPIPTEK TMII) Jakarta, Oktober tahun lalu.
Jika ditilik, kios ini tidaklah terlalu rumit. Benda tersebut hanya seperangkat
komputer yang terhubung dengan Internet dtambah dengan program piranti lunak
yang memang berisikan khusus aneka percobaan sains dan teknologi. Pengunjung
yang diharapkan adalah anak-anak bisa melakukan eksperimen sains dan teknologi
baik secara online maupun offline. Juga siapapun bisa merasakan petualangan
mulai dari menggali fosil dinosaurus dalam menu Dinosaur Dig Missions, misi ke
ruang angkasa pada menu Space Mission hingga memelihara hewan virtual dalam
menu Animal Encounters. Try Science ini juga terkoneksi dengan website milik
IBM, www.tryscience.org secara online.
Anak-anak umumnya mempunyai rasa ingin tahu sangat tinggi. Museum virtual Try
Science iuni kami harapkan dapat memenuhi rasa ingin tahu tersebut sekaligus
merangsang minat pada dunia sains dan teknologi, ujar Betti Alisjahbana,
Presiden Direktur IBM Indonesia dalam peresmian Try Science di Kotabaru
Parahiangan, Bandung, akhir pekan silam.
Dengan dibangunnya museum virtual ini, berarti Puspa IPTEK Bandung akan
tergabung dalam jaringan pusat IPTEK dunia, dimana kesemua pusat IPTEK bisa
saling mengunjungi secara virtual.
Semua program yang
dijalankan dalam Try Science ini adalah hasil karya ilmuwan IBM luar
bekerjasama dengan The New York Hall of Science dan The
Associations of Science Technology Centers di seluruh dunia. Jam Matahari
Walau museum virtual Try Science terkesan sebagai satu-satunya peraga yang
berteknologi mutakhir, sesungguhnya cukup banyak yang bisa digali dari Puspa
IPTEK Bandung ini.
Setidaknya warga
Bandung dan sekitarnya tak perlu jauh-jauh ke Jakarta atau kota lain demi
mendapat informasi sains dan teknologi. Di gedung yang berdiri sejak April 2002
ini terdapat Jam Matahari raksasa sehingga otomatis
gedungnya sendiri bernama Gedung Jam Matahari. Sundial, demikian nama lain Jam Matahari
merupakan seperangkat alat yang dIgunakan sebagai penunjuk waktu semu lokal
(local apparent time) dengan memanfaatkan matahari yang menghsilkan
bayang-bayang sebuah gnomon alias batang atau lempengan. Gnomon tersebut
dipasang sedemikian rupa sehingga sejajar dengan sumbu bumi, menunjuk ke arah
kutub langit.
Pada saat sundial
terkena sinar matahari, bayang-bayang gnomon jatuh di atas sebuah bidang
bertanda. Waktu semu lokal dapat diketahui dengan membaca di bagian mana
jatuhnya bayang-bayang gnomon tersebut. Jam matahari terdiri atas beberapa
jenis, yakni sundial horisontal, vertikal, ekuatorial dan meridian.
Masing-masing memiliki atruran tersendiri dalam pembuatannya.
Sundial di Puspa IPTEK Bandung ini merupakan sundial
horisontal dan vertikal pertama di Indonesia, ungkap Poedji Koentarso, Ketua
Pengurus Yayasan Parahyangan Satya, pengelola Puspa IPTEK Bandung.
Selain itu Sundial ini juga menjadi Sundial terbesar di Indonesia sehingga
masuk dalam catatan Museum Rekor Indonesia (MURI) pada Mei 2003. Lokasinyua
terletak pada lintang 6 ,51 lintang selatan dan bujur 107,19 bujur timur.
Menurutnya, Sundial ini sudah
dikunjungi lebih dari 50.000 pengunjung yang sebagian besar berasal dari
kalangan pelajar dari wilayah Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Lampung.
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kami
telah mengunjungi Obyek Wisata Museum Geologi dan museum Puspa IPTEK kesimpulan
yang kami dapat bahwa di museum Geologi terdapat sejarah yang sangat erat
kaitannya dengan sejarah penyelidikan Geologi dari berbagai wilayah di
Indonesia dan kami pun mengambil kesimpulan setelah kami melakukan pengamatan
pada Museum Puspa IPTEK bahwa dengan wisata ini kami dapat menambah wawasan
tentang dunia luar dan kami juuga dapat menerapkan pembelajaran langsung ke
Obje dengan pendekatankotekstual
Saran
Ada pun saran saran yang
dapat kami sampaikanadalah sebagai berikut :
“ bagi pelajar
khususnya dan bagimasyarakat umumnya dengan adanya Museum Geologi dan Museum
Puspa IPTEK juga tempase jenisnya agar di jaga kelestariannya serta adanya
perkembangan agar pada waktunya kelak nantinya generasi penerus bias
mengetahuinya. Dan kami pun berpesan bahwa sains perlu di kembangkan dan alam
perlu di pelihara dan di jaga agar ekosistem bumi dan ilmu pengetahuan bias
saling berpadu dan saling mengisi sehingga dapat menciptakan keselarasan dan
keseimbangan kehidupan umat manusia “